Pidato Iftitah Haedar Nashir dalam Tanwir Muhammadiyah – ‘Aisyiyah 2022

Kategori : Berita, Tips dan Motivasi, Ditulis pada : 01 Juli 2022, 14:18:20

MUHAMMADIYAH OPTIMIS HADAPI PANDEMI MENUJU SUKSES MUKTAMAR KE-48

Keputusan Tanwir

Ketua Umum PP Muhammadiyah

Hari ini Kamis 30 Juni 2022 Miladiah bertepatan 1 Zulhijah 1443 Hijriah Pimpinan Pusat menggelar Tanwir secara daring mengenai persiapan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah yang telah ditetapkan waktunya tanggal 18 sampai 20 November 2022. Agenda utamanya menentukan pelaksanaan Muktamar yang berdasarkan Tanwir lalu diputuskan gabungan daring dan luring untuk dibuka kemungkinan secara offline yang diikuti oleh seluruh anggota Muktamar.

Keputusan yang disepakati tentu harus berdasarkan pertimbangan yang matang untuk kepentingan Muhammadiyah dan kemaslahatan umum. Kondisi Covid-19 tahun ini mulai melandai namun belum berakhir. Karenanya, perubahan keputusan dalam Tanwir ini tentang pelaksanaan Muktamar maka ‘illat (sebab hukum) atau manath al-hukmi (poros hukum) utamanya ialah kondisi pandemi itu sendiri, bukan pertimbangan lain. Kesaksamaan merupakan jalan terbaik dalam mengambil keputusan pada situasi yang krusial, sebagaimana hakikat yang terkandung dalam makna “musyawarah” (syuro) yaitu “mengambil madu dari sarang lebah”. Pesan pentingnya ialah kecermatan dan kearifan, sehingga keputusan yang keluar dari Tanwir ini berbuah pencerahan!

Musibah Covid-19

Pandemi Covid-19 yang menimpa bangsa Indonesia dan warga dunia telah menimbulkan korban sakit dan meninggal sangat besar. Hingga akhir Juni 2022 tercatat jumlah kematian di Indonesia 156,731 jiwa dan di tingkat dunia 6,354,223 orang. Banyak warga masyarakat terdampak masalah sosial-ekonomi dan psikososial yang sangat berat. Kondisi kehidupan akibat pandemi ini dapat disebut sebagai am al-hazmi atau “tahun duka”.

Bagi kaum beriman pandemi Covid-19 merupakan suatu musibah, yakni kejadian membawa duka yang harus disikapi dengan ikhtiar, sabar, dan tawakal kepada Allah. Dalam al-Quran terdapat 77 kata musibah dalam bentuk kata kerja (fi’il) maupun kata benda (isim), yang mengandung deskripsi berbagai kejadian buruk yang tidak diinginkan dalam kehidupan manusia. Musibah dari sudut pandang lahiriah dapat dijelaskan secara rasional-ilmiah, lebih dari itu secara ruhaniah semua musibah berada dalam ranah kuasa dan takdir Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Hadid ayat 22-23:

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗوَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ

Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS Al-Hadid: 22-23).

Bagi kaum beriman pandemi Covid-19 dapat diletakkan sebagai musibah dalam satu pandangan metafisika kehidupan yang utuh tentang hakikat kehidupan yang sarat makna hakiki. Bahwa hidup, sakit, dan mati bukanlah persoalan teknis dan instrumental sebagaimana cara pandang sekular dan nalar-pragmatis. Hidup, sakit, dan mati bagi kaum beriman terkait dengan keberadaan manusia sebagai insan yang diciptakan Tuhan fiy-ahsan at-taqwim (QS At- Tin: 4) dimana Allah Yang Maha Pencipta pun memuliakannya (QS Al-Isra: 70) disertai garis qada dan takdirnya.

Kaum beriman diajari untuk menjaga jiwa dan merawat kehidupan sebagai bagian dari tujuan syariat Islam dalam satu kesatuan menjaga agama, akal, harta, dan keturunan. Ambillah ‘itibar (pelajaran berharga) atas musibah, serta bersikaplah tawasuth (tengahan) dan wiqayah (waspada, saksama) yang melahirkan hikmah atas musibah yang terjadi. Ketika musibah terjadi setiap muslim diajari untuk bersabar, ikhtiar, dan tawakal. Manakala musibah telah berlalu, wajar bila setiap orang bergembira, namun kegembiraan itu bagi insan beriman tetap berbingkai kesyukuran dan tidak mengarah pada euforia sukacita berlebihan.

Semoga seluruh warga Muhammadiyah istikamah memberikan uswah hasanah dalam menghadapi musibah dan menyikapi segala situasi kehidupan sesulit apapun dengan menebar optimis dan solusi positif.

Alhamdulillah, dengan segala usaha yang dilakukan Persyarikatan melalui MCCC, Aisyiyah, Angkatan Muda, Majelis dan Lembaga, amal usaha, dan seluruh komponen Persyarikatan selama hampir tiga tahun ini, Muhammadiyah membuktikan keteladanannya dalam menghadapi pandemi dan masalah negeri. Keluarga besar Muhammadiyah telah menghadirkan kearifan hidup yang menebar empati, simpati, peduli, dan berbagi sebagai aktualisasi sikap Islami berjiwa ihsan dan irfani mengikuti pesan luhur Nabi:

Pidato Iftitah Haedar Nashir dalam Tanwir Muhammadiyah - 'Aisyiyah 2022

Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sejatinya seluruh urusannya itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu baik baginya. Dan apabila dia mendapatkan musibah dia sabar dan itu baik baginya.” (H.R. Muslim dari Shuhaib r.a.).

Agenda Gerakan

Alhamdulillah Muhammadiyah termasuk di dalamnya Aisyiyah tetap istikamah menjalankan misi dakwah dan tajdid melalui segala usaha keagamaan dan kemasyarakatan hingga memasuki era abad kedua. Banyak kemajuan yang telah dicapai. Keunggulan amal usaha di berbagai bidang banyak memperoleh pengakuan, penghargaan, dan kepercayaan tinggi dari masyarakat Indonesia dan dunia. Program internasionalisasi Muhammadiyah memasuki babak baru dengan berdirinya Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di Malaysia serta Muhammadiyah Australia College (MAC) di Melbourne Australia, yang keduanya telah mulai beroperasi. Geliat PCIM-PCIA di berbagai negara semakin bertumbuh- kembang dengan dinamis.

Kemajuan berbagai aksi gerakan dan amal usaha Muhammadiyah maupun Aisyiyah di seluruh penjuru negeri dan luar negeri selain diakui luas keberadaannya, merupakan syiar dan bukti nyata kehadiran Muhammadiyah-Aisyiyah sebagai gerakan Islam berkemajuan. Meskipun sebagian kalangan menilai Muhammadiyah kurang “progresif” dalam mempublikasikan gerakannya di ruang publik, namun karya nyata Muhammadiyah yang bermanfaat luas bagi masyarakat di ranah lokal, nasional, dan global sejatinya merupakan syiar dan cerminan dari wajah Muhammadiyah itu sendiri. Pepatah menyatakan, “Lisan al-hal afsahu min lisan al-maqal”. Perbuatan nyata lebih baik ketimbangan kata-kata. Sikap tengahan Muhammadiyah ialah menyebarluaskan kebaikan kata-kata yang berbanding lurus dengan perbuatan baik di dunia nyata.

Hubungan Muhammadiyah dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun komponen kebangsaan di dalam dan luar negeri alhamdulillah berjalan baik dan positif. Semuanya dijalin secara elegan, bermartabat, independen, serta menjunjung tinggi marwah dan muru’ah Muhammadiyah. Peran dan hubungan proaktif-konstruktif itu dijiwai oleh Sepuluh Sifat Kepribadian Muhammadiyah yakni: (1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan; (2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah; (3) Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam; (4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; (5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah; (6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik; (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam; (8) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya;

(9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridai Allah SWT.; dan (10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.

Di balik capaian kemajuan dan perkembangan positif Muhammadiyah, pada saat ini terdapat agenda gerakan yang tidak kalah penting untuk menjadi perhatian khusus pimpinan Persyarikatan dari Pusat hingga Ranting, yakni keberadaan dan peran Muhammadiyah di basis umat dan masyarakat. Bagaimana agar Muhammadiyah semakin kuat kehadirannya secara makin luas di tengah dinamika sosial kemasyarakatan di kawasan-kawasan kota, desa, dan di seluruh penjuru Indonesia. Bagaimana Muhammadiyah berperan lebih proaktif di tengah keragaman praktik hidup beragama, hubungan antar warga, perubahan sosial yang semakin masif, kehadiran media sosial dan era dunia digital, serta dalam menghadapi persoalan- persoalan konkret masyarakat di akar rumput.

Apakah jamaah di Ranting dan kawasan, masjid dan musala, pengajian-pengajian, serta berbagai aktivitas keagamaan dan kemasyarakatan di basis umat dan masyarakat masih tergarap secara nyata, intensif, dan proaktif oleh gerak Persyarikatan, Aisyiyah, dan seluruh komponen Muhammadiyah? Apakah gerak dakwah dan amal usaha di daerah-daerah telah berkembang secara merata atau masih banyak terjadi kesenjangan. Bagi Muhammadiyah- Aisyiyah di luar negeri pertanyaan serupa penting untuk diajukan, meskipun kondisi dan tantangannya tentu berbeda dengan Muhammadiyah di tanah air. Pesan utamanya agar Muhammadiyah di seluruh tingkatan penting melakukan reaktualisasi gerakan di basis umat dan masyarakat luas untuk memastikan kehadirannya sebagai gerakan Islam Berkemajuan yang menampilkan watak “Ummatan wasatha li-takunu syuhadaa ‘ala al-Nas” (QS Al- Baqarah: 143) dan terkoneksi dengan usaha perwujudan Khayra Ummah.

Model Dakwah Kultural maupun Dakwah Komunitas sebagai bentuk reaktualisasi Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah apakah telah tersosialisasi dan terlaksana secara meluas dan tersistem, apakah kegiatan kaderisasi serta pembinaan paham agama dan ideologi Muhammadiyah terlaksana secara intensif dan sistematik di seluruh tingkatan dan lingkungan organisasi maupun amal usaha, seberapa jauh sosialisasi dan aktualisasi pemikiran-pemikiran keislaman dan ideologi Muhammadiyah telah menjadi rujukan dan panduan utama bermuhammadiyah. Bila terdapat masjid dan mushalla Muhammadiyah yang “digarap” pihak lain dan ada yang “pindah tangan”, kenapa hal itu terjad? Ketika berbagai paham keagamaan, ideologi, dan pemikiran hadir secara ekspansif di basis umat dan masyarakat Indonesia saat ini, apakah pemikiran dan praktik keislaman Muhammadiyah menjadi alternatif yang diterima dan menjadi rujukan hidup masyarakat luas?

Mengingat berbagai masalah keumatan dan kemasyarakatan di akar-rumput yang kompleks tersebut maka sungguh penting bagi para pimpinan di seluruh tingkatan dan lini organisasi berpikir lebih serius dengan menaruh perhatian dan langkah yang terfokus untuk memperkuat posisi dan peran Muhammadiyah di basis umat dan masyarakat. Jika Muhammadiyah mengakar di basis umat dan masyarakat maka eksistensinya sebagai gerakan dakwah-kemasyarakatan sangatlah kuat. Sebaliknya bilamana gerakan Islam modernis ini renggang atau jauh dari lingkaran umat dan masyarakat maka akan mengalami “floating mass” seperti pohon yang tercerabut dari akarnya. Di sinilah pentingnya spirit “wiqayah” (ketaqwaan, kewaspadaan, kesaksamaan) dan “tanadhar” (proyeksi nalar profetik) dari segenap pimpinan Muhammadiyah dalam menghadapi dinamika kehidupan sebagaimana pesan Allah dalam Al- Quran:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).

Muhammadiyah saat ini memerlukan mobilisasi energi dan potensi pimpinan di semua struktur organisasi dalam memproyeksikan peran dan orientasi kepemimpinan yang dinamis- transformatif di tengah tuntutan objektif umat dan masyarakat. Peran kepemimpinan gerakan yang fokus memajukan Muhammadiyah secara konkret dan dinamis.

Semangat kerumunan atau komunalitas di internal Muhammadiyah penting difungsikan dan ditransformasikan secara aktual dan fungsional untuk dinamisasi dan menghadirkan kembali kekuatan Muhammadiyah di basis umat dan masyarakat agar tidak berhenti di ranah seremonial. Bagaimana semua komponen Persyarikatan berkolaborasi dan mengembangkan usaha untuk memperluas basis dukungan dan partisipasi masyarakat umum agar menjadi bagian dari keanggotaan, simpatisan, dan afiliasi terhadap Muhammadiyah yang menurut beberapa survei kecenderungannya dalam kurun terakhir cenderung menurun atau melemah.

Khusus di lingkup nasional Muhammadiyah penting semakin mengokohkan posisi dan perannya sebagai gerakan Islam berkemajuan. Bagaimana pemikiran keislaman Muhammadiyah menjadi arus penting dan meluas yang menentukan atau memberi pengaruh besar bagi perkembangan Islam Indonesia ke depan. Bagaimana Islam Indonesia di samping menguatkan identitas keislamannya yang berpijak di bumi sendiri tanpa terjebak pada “lokalisme Islam” atau “pribumisasi Islam” yang “chauvinistik”. Bersamaan dengan itu mengembangkan “kosmopolitanisme Islam” yang berwawasan universal dan global. Kedua ranah itu dikembangkan dalam satu mata rantai Islam Rahmatan Lil-‘Alamin yang autentik dan konkret di seluruh bumi kehidupan ciptaan ciptaan Tuhan.

Dalam konteks dakwah Islam sebagai strategi kebudayaan penting bagi Muhammadiyah mereaktualisasikan Dakwah Kultural dan Dakwah Komunitas agar dibangun suatu peta-jalan (road-map) untuk pengembangan Muhammadiyah dalam struktur masyarakat Indonesia yang majemuk dan tengah menghadapi perubahan besar. Agar Muhammadiyah dapat diterima seluas mungkin oleh masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan dan golongan sosial. Pemetaan dan reaktualisasi gerakan sangatlah penting untuk mengakselerasikan penyebarluasan pandangan dan perwujudan Islam Berkemajuan, sekaligus menghadirkan dakwah dan tajdid Muhammadiyah yang aktual-kontekstual untuk mewujudkan Masyarakat Islam yang berkualitas “Khayra Ummah” di Indonesia.

Semoga Tanwir hari ini dan Muktamar ke-48 mendatang menjadi wahana refleksi dan orientasi gerakan Muhammadiyah yang substantif dalam menghadapi agenda-agenda strategis untuk memastikan keberadaan dan keberlangsungan Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam Berkemajuan di bumi Indonesia dan ranah global dalam spirit “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta” sebagaimana tema Muktamar. Semua komponen Persyarikatan harus terlibat bersama dalam mempersiapkan dan menjaga kondisi Muhammadiyah sebagai Organisasi Keagamaan dan Kemasyarakatan menuju Muktamar ke-48 dengan spirit kebersamaan sebagaimana reffrain Derap Berkemajuan: “Di Solo jalin ukhuwah, Muktamar satukan langkah”. Seluruh keluarga besar Persyarikatan secara bersama-sama menyambut dan mempersiapkan Muktamar dengan semangat kebersamaan, jiwa ikhlas, optimis, pengkhidmatan, dan kesungguhan sehingga lembaga permusyawaratan tertinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah di Surakarta itu menjadi Muktamar bermartabat, Muktamar uswah hasanah, dan Muktamar berkemajuan!

Semoga Allah SWT mencabut pandemi Covid-19 ini dari muka bumi atas Kuasa-Nya karena menyaksikan kaum beriman makin bersyukur, sabar, tawadhu’, tadzakkur, dan tafakur dalam menjalani kehidupan wujud dari ibadah dan menjalankan tugas kekhalifahan di muka bumi. Seraya terus bermunajat agar Allah Yang Maha Rahman-Rahim melimpahkan berkah- Nya kepada para hamba yang berjuang mewujudkan Islam sebagai risalah rahmatan lil-‘alamin. Nashrun min Allah wa fathun qarib.

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id